7 Efek Samping Penggunaan KB IUD yang Perlu Mums Ketahui
Sumber: Unsplash.com
KB IUD (Intrauterine Device) atau disebut juga KB spiral merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik dan bentuknya mirip dengan huruf T. Alat kontrasepsi yang memiliki sebutan lain Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) ini dipasang oleh tenaga medis berpengalaman dengan cara dimasukkan ke dalam rahim. Meskipun menawarkan tingkat efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan, Mums tetap perlu mengetahui apa saja efek samping IUD yang kerap terjadi.
Efek Samping Penggunaan KB IUD
KB IUD terbagi menjadi dua jenis, yaitu IUD hormonal dan non-hormonal. Jenis hormonal mengandung progestin yang merupakan hormon progesteron dalam bentuk sintetis. Hormon tersebut akan membantu membuat lendir serviks menjadi lebih kental sekaligus menipiskan dinding rahim. Jenis IUD ini mampu mencegah kehamilan hingga 5 tahun.
Sementara itu, IUD non-hormonal memiliki kandungan lapisan tembaga. Kandungan ini dapat mencegah sperma menuju sel telur dan melakukan pembuahan sehingga kehamilan pun tidak terjadi. Selain itu, ketahanannya bisa mencapai 10 tahun setelah pemasangan[1].
Meski sama-sama aktif untuk mencegah kehamilan dan aman digunakan, baik IUD jenis hormonal maupun non-hormonal juga tidak lepas dari efek samping. Berikut ini beberapa efek samping penggunaan KB IUD yang perlu Mums ketahui:
1. Haid tidak teratur
Efek samping IUD yang paling banyak dialami oleh wanita adalah haid yang menjadi tidak teratur. Umumnya, IUD hormonal menyebabkan haid menjadi lebih pendek dan ringan, bahkan bukan tidak mungkin justru Mums tidak haid sama sekali. Hal ini sebenarnya bisa memberikan manfaat yang baik jika Mums mengalami perdarahan menstruasi yang berat, karena IUD hormonal dapat membantu mengurangi volume perdarahan tersebut.
Di sisi lain, KB IUD non-hormonal yang mengandung tembaga bisa menyebabkan Mums mengalami haid yang lebih berat. Selain itu, Mums juga bisa saja mengalami perdarahan di luar siklus haid. Meski demikian, siklus menstruasi akan berangsur normal dalam kurun waktu 6 bulan[2].
2. Kram pada perut
Selain haid yang tidak teratur, kram perut juga menjadi efek samping pemasangan KB IUD yang sering dijumpai. Rasa kram ini juga dapat Mums rasakan ketika sedang haid. Tingkat keparahan kram umumnya akan berkurang perlahan-lahan, tetapi bisa pula bertahan sampai beberapa minggu. Efek samping ini akan hilang sepenuhnya sekitar 3-6 bulan setelah pemasangan[3].
3. Muncul bercak darah
Sebenarnya, tidak perlu cemas berlebihan apabila muncul bercak darah setelah Mums memasang KB IUD. Sebab, hal tersebut juga menjadi salah satu efek samping IUD karena tubuh Mums yang masih beradaptasi. Selain itu, bercak darah juga bisa muncul setelah Mums melakukan hubungan intim.
Seharusnya, keberadaan KB IUD tidak akan mengganggu aktivitas seksual Mums dan pasangan. Akan tetapi, apabila pemakaiannya justru membuat Mums maupun pasangan menjadi kurang maksimal ketika berhubungan intim, tak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan dokter[3].
4. Pusing
Sakit kepala menjadi efek samping IUD yang sering dialami oleh wanita yang memilih menggunakan IUD hormonal. Efek samping ini terjadi karena kandungan hormon progestin pada alat kontrasepsi ini ikut memengaruhi kadar zat kimia pada otak sehingga memicu munculnya rasa sakit kepala[1].
Jika Mums memiliki keluhan seperti ini, Mums dapat memilih IUD non-hormonal yang cenderung lebih minim efek samping seperti sakit kepala. Konsultasikan dengan dokter atau bidan untuk menentukan pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan Mums.
5. Infeksi
Menggunakan KB IUD juga bisa berisiko terjadi infeksi bakteri, terutama jika petugas medis tidak memastikan kebersihan dan menggunakan peralatan yang tidak steril. Selain itu, untuk kasus khusus, penggunaan metode kontrasepsi ini juga dapat berujung pada peradangan panggul. Gejalanya berupa nyeri ketika berhubungan intim, nyeri perut, tubuh demam, perdarahan hebat, dan vagina mengeluarkan lendir dengan aroma tidak sedap[2].
Maka dari itu, pastikan Mums melakukan pemasangan dengan dokter atau bidan terpercaya agar terhindar dari berbagai risiko infeksi dan komplikasi lainnya.
6. IUD berpindah tempat
IUD yang bergeser, berpindah tempat, atau keluar dari rahim adalah efek samping IUD yang jarang terjadi. Kondisi ini mungkin terjadi dalam beberapa bulan awal setelah alat KB dipasang dan cenderung lebih berisiko kalau Mums baru mendapatkan kehamilan alias belum pernah melahirkan.
Biasanya, IUD yang berpindah tempat terjadi karena beberapa hal, misalnya posisi rahim yang miring ke arah tulang belakang, rahim yang berkontraksi kuat saat haid, ada rongga kecil pada rahim, atau pemasangan IUD yang dilakukan oleh tenaga medis yang minim pengalaman[3].
Untuk memastikan efektivitasnya, Mums disarankan rutin melakukan kontrol ke dokter atau bidan kepercayaan. Pemeriksaan berkala ini membantu memastikan posisi IUD tetap optimal dan meminimalkan risiko efek samping yang tidak diinginkan.
7. Kista ovarium
Kista pada ovarium juga bisa muncul pada tahun pertama setelah Mums menggunakan IUD. Efek samping ini biasanya tidak menimbulkan gejala dan tidak berbahaya. Akan tetapi, Mums mungkin akan merasakan keluhan dan tidak nyaman pada perut, seperti nyeri pada perut bagian bawah dan kembung. Meski kista dapat hilang tanpa memerlukan tindakan khusus dalam waktu sekitar 3 bulan, beberapa wanita ternyata mengalami nyeri yang hebat dan memerlukan tindakan pembedahan[1].
Bagaimana Cara Mengatasi Efek Samping KB IUD?
Sebenarnya, KB IUD menjadi salah satu pilihan kontrasepsi yang aman. Selain itu, efek samping IUD tidak selalu terjadi pada setiap wanita. Guna membantu mengatasi rasa tidak nyaman yang muncul akibat efek samping menggunakan IUD, berikut ini beberapa cara yang dapat Mums coba[3]:
- Beberapa jam sebelum memasang IUD, Mums bisa mengonsumsi ibuprofen atau paracetamol untuk membantu mengurangi rasa nyeri. Selain itu, Mums juga bisa mengonsumsi obat tersebut apabila masih merasa nyeri setelah pemasangan IUD.
- Apabila Mums mengalami kram perut, kompres hangat pada area tersebut bisa membantu mengurangi kram dan rasa tidak nyaman yang muncul.
- Mengonsumsi antibiotik sesuai dengan anjuran dokter apabila terjadi infeksi setelah Mums memasang IUD.
Selain itu, jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan secara berkala untuk membantu mencegah munculnya efek samping IUD yang mengindikasikan kondisi yang lebih serius, terutama apabila Mums menunjukkan tanda-tanda berikut[2]:
- Merasa nyeri pada payudara, lemas, mual, muntah, dan gejala lain yang mengarah pada tanda-tanda kehamilan.
- Merasakan benang IUD yang lebih panjang, pendek, bengkok, runcing, atau bahkan tidak dapat lagi merasakan keberadaan benang IUD.
- Kram dan nyeri perut yang hebat.
- Mengalami perdarahan selama maupun setelah melakukan hubungan intim yang diikuti rasa nyeri.
- Tubuh demam dan menggigil.
- Keputihan yang banyak dan berbau.
Jika masih ragu untuk menggunakan IUD, Mums bisa mempertimbangkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya, seperti pil KB kombinasi 24/4. Kandungan drospirenon pada pil KB ini secara aktif juga dapat membantu mengatasi gejala Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), mulai dari lesu, depresi, perut kram dan kembung, nyeri payudara, gangguan tidur, dan perubahan suasana hati.
Bagikan
Referensi:
Sebelum Pasang, Ini 8 Efek Samping IUD yang Perlu Diketahui [Internet]. Dapat diakses di https://www.halodoc.com/artikel/sebelum-pasang-ini-8-efek-samping-iud-yang-perlu-diketahui. Terakhir diakses Maret 2024.
8 Efek Samping KB IUD dan Cara Mengatasinya [Internet]. Dapat diakses di https://www.alodokter.com/8-efek-samping-kb-iud-dan-cara-mengatasinya. Terakhir diakses Maret 2024.
8 Efek Samping dari KB IUD yang Harus Dipertimbangkan [Internet]. Dapat diakses di https://hellosehat.com/seks/kontrasepsi/berbagai-efek-samping-iud/. Terakhir diakses Maret 2024.
PP-YSM-ID-0377-1