Ada Beberapa Pertimbangan Dalam Memilih Kontrasepsi yang Tepat
Memilih kontrasepsi, nyaman dan aman, serta tidak memberikan efek samping tentu menjadi perhatian utama. Khususnya bagi wanita di era milenial seperti sekarang ini, mereka berhak atas kesehatan reproduksinya sehingga bebas menentukan alat kontrasepsi yang sesuai bagi tubuh.
Namun, sebelum menggunakan alat kontrasepsi, perencanaan jumlah dan jarak usia anak menjadi hal yang sangat penting karena menyangkut beragam aspek, mulai dari menunda kehamilan, menjaga jarak, hingga kesejahteraan keluarga di masa depan.
Selain sebagai solusi dalam perencanaan kehamilan, penggunaan kontrasepsi menghindarkan ibu dari risiko gangguan kesehatan apabila hamil dengan jarak terlampau dekat. Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan memberikan jarak setidaknya 24 bulan atau 2 tahun sebelum mencoba kehamilan berikutnya. [1]
Gaya hidup dan kebiasaan pasangan
Alat kontrasepsi punya kelebihan dan kekurangan sehingga bisa disesuaikan dengan gaya hidup dan kebiasaan seseorang.
Bagi wanita karir yang memiliki segudang aktivitas tidak disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi pil karena efektivitasnya sangat dipengaruhi oleh disiplin pengguna karena harus diminum setiap hari.
Bila lupa untuk mengkonsumsi dalam kurun waktu satu-dua hari saja kemungkinan efektivitasnya menurun. Oleh karena itu, bagi wanita yang sedang bekerja bisa menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang, seperti implan atau IUD.
Jadi, untuk memaksimalkan efektivitas penggunaan alat kontrasepsi disesuaikan dengan rutinitas dan gaya hidup.
Riwayat Kesehatan
Pertimbangan dalam memilih alat kontrasepsi selanjutnya adalah berdasarkan riwayat kesehatan. Dengan mengetahui kondisi kesehatan, bisa menjadi acuan dalam menentukan penggunaan kontrasepsi.
Dikutip dari buku Selected Practice Recommendations for Contraceptive Use Third edition 2016, Dalam keadaan-keadaan tertentu, penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi tidak direkomendasikan terutama bagi wanita di atas 35 tahun, yang memiliki tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung iskemik, kelebihan kolesterol dalam darah (hiperlipidemia), dan migrain.[2]
Sementara bagi penderita kanker payudara, hepatitis, sirosis hepatis (gangguan hati), dan tumor hati, penggunaan semua kontrasepsi yang bersifat hormonal, baik kombinasi maupun progesteron tidak direkomendasikan.[3]
Anggaran yang harus dikeluarkan
Tidak hanya faktor kesehatan dan gaya hidup. Anggaran biaya menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih alat kontrasepsi. Dari sekian banyak alat kontrasepsi pil KB, bisa menjadi salah satu alternatif sebab dinilai memiliki harga yang cukup ekonomis.
Meskipun memiliki harga relatif terjangkau, bukan berarti tidak efektif untuk menunda kehamilan. Menurut laman web kesehatan SingleCare, pil KB terbukti 99 persen ampuh untuk mencegah kehamilan, begitupun dengan risiko infeksi pada tubuh yang cenderung lebih rendah.[4]
Selain itu, penggunaan pil KB juga tidak memerlukan tindakan khusus yang mungkin saja mengakibatkan rasa tidak nyaman pada tubuh setelah penggunaan.
Pil KB merupakan jenis kontrasepsi berbentuk tablet yang mengandung hormon estrogen dan progesteron, atau biasa disebut pil kombinasi. Ada juga pil KB progestin yang mengandung bahan sintetik dari hormon progesteron.
Keduanya juga memiliki khasiat yang sama, yakni untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan cara mencegah terjadinya ovulasi di dalam rahim.
Pil KB ini juga terdiri atas beberapa merk, salah satunya yaitu pil KB kombinasi modern dengan kandungan Drospirenon dan etinil estradiol untuk mencegah pembentukan sel telur setiap bulannya.[5]
Selain itu, pil KB dengan kandungan Drospirenon berdampak baik pada kesehatan reproduksi, Drospirenon dapat mencegah retensi cairan sehingga membuat berat badan stabil dan mencegah jerawat ringan sampai sedang dan dengan regimen 21 pil aktif dan 7 hari masa bebas pil, pil yang mengandung Drospirenon ini juga membuat haid lebih teratur.[5]
Namun selain Pil KB kombinasi yang mengandung Drospirenon, terdapat juga Pil KB yang hanya mengandung Progestin dengan regimen 35 pil aktif.
Di samping itu, penggunaan jangka panjang juga mampu mengatasi keluhan lain seperti menurunkan berat badan, meringankan gejala menstruasi, hingga mengatasi mood swing.[5]
Untuk Pil KB dengan dengan regimen 21 Pil aktif dan 7 hari masa bebas Pil, maka tablet harus diminum setiap hari tanpa henti sesuai urutan pertama pada kemasan obat selama 21 hari berturut-turut, lalu kemasan berikutnya dimulai setelah 7 hari masa bebas Pil.[5]
Sementara itu, untuk penggunaan Pil KB progestin atau mini Pil dengan regimen 35, maka tablet dapat diminum sesuai dengan urutan setiap hari berturut-turut selama 35 hari.[6]
Bagikan
Sumber:
- Interventions for preventing unintended pregnancies among adolescents. December 2019. [Internet]. Tersedia di : https://www.who.int/reproductivehealth/publications/family_planning/SPR-3/en/ . Terakhir diakses Juli 2021
- COMBINED ESTROGEN–PROGESTOGEN CONTRACEPTIVES. 2012. [Internet]. Tersedia di: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK304327/ . Terakhir diakses Juli 2021
- The best birth control pill for you: A guide to contraceptive options. [Internet]. Tersedia di: https://www.singlecare.com/blog/best-birth-control-pill-contraceptive-guide/ . Terakhir diakses Juli 2021
- Birth Control Pill. [Internet]. Tersedia di : https://www.plannedparenthood.org/learn/birth-control/birth-control-pill . Terakhir diakses Juli 2021.
- Yasmin, Product Information 2018
- Microlut, Product Information 2020
PP-YSM-ID-0219-1