Ini Pilihan KB untuk Penderita Hipertensi, Wajib Tahu!
Jumlah penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Masalah kesehatan ini sangat berdampak terhadap kehidupan penderitanya, termasuk pada perempuan yang ingin melakukan KB secara oral. Sebab, tak semua pil KB dapat digunakan oleh pasien hipertensi.
Namun, Mums tak perlu khawatir, sebab masih banyak pilihan pil KB untuk penderita hipertensi. Berikut penjelasan lengkapnya.
Hubungan Antara KB dan Hipertensi
Ada banyak sekali jenis kontrasepsi dan beberapa di antaranya mengandung estrogen, seperti birth control patch, pil KB hormonal kombinasi, dan cincin vagina. Namun para dokter di AS menyarankan perempuan untuk menghindari ketiga jenis kontrasepsi tersebut bila mereka memiliki tekanan darah tinggi.1
Penelitian menunjukkan bahwa pil KB hormonal kombinasi dapat meningkatkan tekanan darah bila dikonsumsi dalam dosis tinggi. Sementara bila dosisnya kecil, efek yang ditimbulkan pada hipertensi cenderung kecil. Untuk metode KB cincin vagina dan birth control patch, keduanya tidak begitu memengaruhi tekanan darah. Kendati demikian, penelitian lebih lanjut terkait efek keduanya pada penderita hipertensi tetap diperlukan.2
Bagi Mums dengan tekanan darah tinggi dan ingin melakukan KB oral atau menggunakan pil, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter ahli terlebih dahulu. Umumnya, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum memilih kontrasepsi untuk penderita hipertensi, antara lain:
Usia
Kontrol tekanan darah
Risiko lain yang berhubungan dengan kondisi jantung
KB yang Tidak Cocok untuk Hipertensi
Seperti yang dijelaskan di atas, metode kontrasepsi yang mengandung estrogen tidak disarankan untuk digunakan oleh perempuan dengan tekanan darah tinggi. Salah satu jenis kontrasepsi yang tidak disarankan adalah pil KB hormonal kombinasi. Selain mengandung estrogen, pil KB ini juga mengandung progestin yang dapat meningkatkan tekanan darah bila dikonsumsi dalam dosis tinggi. Akibatnya, pil ini dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular lainnya.3
Selain itu, jenis kontrasepsi injeksi juga tidak disarankan untuk perempuan dengan hipertensi. Sebab, jenis KB ini kemungkinan bisa meningkatkan kadar kolesterol yang pada akhirnya meningkatkan risiko penyakit jantung pada penderita hipertensi.
Namun bagi Mums yang memiliki tekanan darah dan kadar kolesterol normal, jenis-jenis kontrasepsi di atas tetap aman untuk digunakan. Memang, tekanan darah dan kolesterol mungkin akan sedikit mengalami kenaikan, tetapi tidak membahayakan tubuh. Sebab itu, penting untuk berkonsultasi ke dokter ahli terlebih dahulu untuk mempertimbangkan metode kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi tubuh.
Metode KB yang Aman untuk Penderita Hipertensi
Bagi Mums yang menderita tekanan darah tinggi dan sedang mencari kontrasepsi efektif sambil memprioritaskan kesehatan kardiovaskular, ada beberapa metode kontrasepsi yang aman. Metode-metode ini ditujukan untuk mencegah kehamilan tanpa memberikan dampak signifikan terhadap tekanan darah dan kadar kolesterol. Melansir laman Healthline, berikut pilihan kontrasepsi yang aman untuk penderita hipertensi.3
1. IUD
IUD merupakan perangkat kecil berbentuk “T” yang dimasukkan ke dalam rahim. Alat kontrasepsi ini dinilai dapat memberikan perlindungan terhadap terjadinya pembuahan sel telur hingga lebih dari 99%. IUD sendiri terbagi menjadi dua jenis, yakni:
IUD hormonal: IUD ini melepaskan hormon progestin yang dapat mencegah terjadinya ovulasi.
IUD tembaga: Jenis IUD ini terbuat dari tembaga yang bersifat toksik terhadap sperma dan sel telur.
Kedua jenis IUD tersebut sama-sama mampu memberikan perlindungan terhadap terjadinya pembuahan hingga 99%. Alat kontrasepsi ini umumnya perlu diganti setiap 3-12 tahun sekali tergantung jenis IUD yang Mums gunakan. Bahkan juga bisa dihilangkan bila Mums ingin mengandung kembali.
2. Pil KB dengan kandungan progestin
Bagi Mums yang mencari pil KB untuk penderita hipertensi, disarankan untuk memilih pil yang hanya mengandung satu jenis hormon, yakni progestin. Pil kontrasepsi jenis ini umumnya juga dikenal dengan sebutan minipil.
Pil KB yang hanya mengandung progestin tidak akan meningkatkan tekanan darah. Sebab itu, pil ini dianggap aman untuk diberikan pada perempuan dengan kondisi hipertensi dan risiko penyakit kardiovaskular lainnya. Tingkat efektivitas yang diberikan juga cukup tinggi, yakni mencapai 93%.
3. KB implan
Alternatif kontrasepsi selanjutnya yang aman untuk penderita hipertensi adalah KB implan. KB implan merupakan alat kontrasepsi berukuran kecil yang dimasukkan ke bagian bawah permukaan kulit pada lengan bagian atas. Pemasangan KB ini tentu harus dilakukan oleh tenaga kesehatan ahli.
KB implan mampu mencegah terjadinya pembuahan hingga 99%. Alat ini bisa diganti setiap 5 tahun sekali atau bahkan diambil bila Mums berencana memiliki buah hati lagi. Namun, jenis KB ini tidak dapat melindungi penggunanya dari penyakit seks menular sehingga perlindungan tambahan tetap diperlukan.
4. Metode penghalang
Metode atau alat kontrasepsi penghalang merupakan opsi ideal bagi Mums yang ingin menjalani KB tetapi menderita tekanan darah tinggi. Secara garis besar, metode ini secara fisik akan menghalangi atau mencegah masuknya sperzma ke uterus. Selain itu, kontrasepsi penghalang juga tidak mengandung hormon sama sekali sehingga tidak akan memengaruhi tekanan darah.
Ada banyak sekali pilihan alat kontrasepsi penghalang, di antaranya:
Kondom pria: Kontrasepsi yang satu ini paling umum digunakan oleh untuk mencegah kehamilan dengan efektivitas mencapai 87%.
Kondom internal/kondom wanita: Kondom ini mampu mencegah terjadinya pembuahan hingga 79%. Cara memakainya adalah dengan memasukkan kondom ke dalam vagina
Diafragma dengan spermisida: Kontrasepsi yang satu ini mungkin masih asing di Indonesia. Bentuknya menyerupai kubah yang terbuat dari karet dan dimasukkan ke bagian mulut rahim sebelum berhubungan. Tingkat efektivitasnya cukup tinggi, yakni 71-87%.
5. Sterilisasi
Bagi Mums yang mungkin sudah tidak ingin mengandung kembali, sterilisasi bisa dijadikan opsi yang ideal. Pilihan sterilisasi seperti ligasi tuba dan bilateral salpingectomy dapat memberikan tingkat efektivitas mencapai 99% dalam mencegah terjadinya kehamilan.
Namun kondisi hipertensi bisa saja meningkatkan risiko terkait prosedur sterilisasi. Oleh sebab itu, penting sekali bagi Mums untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli bila ingin menjalani sterilisasi dengan kondisi tekanan darah tinggi.
Jadi, perempuan dengan kondisi hipertensi tidak disarankan untuk menggunakan kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen. Hal ini karena estrogen dapat memperparah kondisi hipertensi. Sebagai alternatifnya dan bila Mums lebih memilih pil KB untuk penderita hipertensi, maka disarankan untuk memilih pil yang hanya mengandung progestin.
Bila Mums tidak memiliki riwayat hipertensi, kolesterol tinggi, dan risiko penyakit kardiovaskular lainnya, tidak ada pantangan untuk menggunakan pil KB dengan estrogen. Terlebih bila Mums ingin ber-KB bebas jerawat dan berat badan tetap stabil, maka aman-aman saja untuk menggunakan pil KB yang mengandung estrogen.
Bagikan
Referensi:
Birth Control and High Blood Pressure: Which Methods are Safe for You?. [Internet]. Dapat diakses di https://www.health.harvard.edu/blog/birth-control-and-high-blood-pressure-which-methods-are-safe-for-you-2020111321327. Terakhir diakses Desember 2023.
Birth Control and High Blood Pressure: What to Know. [Internet]. Dapat diakses di https://www.webmd.com/sex/birth-control/birth-control-blood-pressure. Terakhir diakses Desember 2023.
Birth Control for People with High Blood Pressure. [Internet]. Dapat diakses di https://www.healthline.com/health/birth-control/birth-control-high-blood-pressure. Terakhir diakses Desember 2023.
PP-YSM-ID-0320-1