Kenali Kontrasepsi IUD

Kenali Kontrasepsi IUD yang Kerap Dipilih untuk Mencegah Kehamilan

Kenali Kontrasepsi IUD

Sumber : Envato.com

Sekarang ini, tersedia banyak metode kontrasepsi yang dapat dipilih untuk membantu mencegah kehamilan. Masing-masing metode tentu memiliki keunggulan dan kekurangan, termasuk pula kontrasepsi IUD. Jenis kontrasepsi ini terbilang cukup populer dan menjadi banyak pilihan wanita untuk mencegah kehamilan dengan tingkat efektivitas yang tinggi.

Rahim

Sumber : Liputan6.com

Apa Itu Kontrasepsi IUD?

Kontrasepsi IUD yang dikenal dengan istilah KB spiral merupakan singkatan dari intrauterine device. Jenis kontrasepsi ini mempunyai bentuk yang mirip dengan huruf T dan terbuat dari bahan plastik, dipasang pada bagian dalam rahim sehingga mencegah sel sperma bertemu dengan sel telur[1]. Di Indonesia, KB IUD juga disebut Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau AKDR.

Jenis dan Cara Kerja Kontrasepsi IUD

Kontrasepsi IUD dibagi menjadi dua jenis, yaitu IUD yang memiliki kandungan hormon dan IUD yang mempunyai lapisan tembaga atau non-hormonal. Setiap jenis IUD memiliki cara kerja yang tidak sama dalam mencegah terjadinya kehamilan. Adapun, jenis IUD yang perlu Mums ketahui, yaitu[2]:

  1. IUD hormonal

 

Sumber: WikimediaCommons.org

Jenis IUD hormonal mempunyai kandungan progestin yang merupakan bentuk sintetis hormon progesteron. Hormon ini dapat membantu mencegah terjadinya kehamilan dengan membuat konsistensi lendir serviks menjadi lebih kental.

Alhasil, sel sperma akan mengalami kesulitan dalam menuju dan membuahi sel ovum. Tak hanya itu, progestin juga merupakan jenis hormon yang dapat membuat lapisan pada dinding rahim menjadi lebih tipis. Dengan begitu, sel telur yang sudah dibuahi oleh sel sperma tidak dapat melekat pada dinding rahim.

  1. IUD tembaga (non-hormonal)

    IUD Artikel 5

    Sumber: Williams Medical Supplies/ wms.co.us

    Selanjutnya kontrasepsi IUD jenis tembaga atau non-hormonal, merupakan jenis IUD yang mempunyai lapisan berbahan tembaga. Kandungan dengan komponen tembaga yang dikeluarkan ke bagian dalam rahim akan menyebabkan sel sperma tidak mampu menuju dan membuahi sel ovum.

    Dengan begitu, kehamilan dapat dicegah. Selain itu, jenis IUD ini juga bisa menjadi salah satu opsi alat kontrasepsi darurat yang mencegah pembuahan. Hanya, pemasangannya harus dilakukan dalam periode waktu 5 (lima) hari setelah melakukan hubungan seksual. Sementara itu, durasi pemakaian kontrasepsi IUD juga cukup lama. Contohnya, IUD jenis non-hormonal yang mempunyai lapisan tembaga mempunyai ketahanan sampai 10 tahun dalam mencegah kehamilan. Di sisi lain, IUD jenis hormonal dengan kandungan hormon progestin menawarkan ketahanan antara 3-5 tahun[1]

Efektivitas Kontrasepsi IUD untuk Mencegah Kehamilan

Dibandingkan dengan metode lainnya, kontrasepsi IUD menjadi salah satu metode kontrasepsi yang memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan.

Studi dalam Sage Journal menyebutkan, alat kontrasepsi ini efektif dalam mencegah kehamilan di semua kalangan dengan kemungkinan terjadi kegagalan dalam pemakaian sebesar 0,2% secara rata-rata[3].

Menariknya lagi, IUD juga menjadi metode kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan secara langsung setelah pemasangan. Ini berarti, potensi untuk mendapatkan kehamilan adalah sangat kecil saat Mums menggunakan alat kontrasepsi ini.   

Meski demikian, KB spiral tidak dapat memberikan perlindungan terhadap penularan penyakit menular seksual. Perlindungan terbaik terhadap penyakit menular seksual hanya terdapat pada alat kontrasepsi jenis kondom.

Keunggulan Kontrasepsi IUD

Ketimbang alat kontrasepsi lainnya, IUD menjadi pilihan metode kontrasepsi yang terbilang lebih efisien. Ini karena Mums tidak perlu memasang pengingat untuk minum pil secara rutin, membeli kembali saat pil habis, atau mengganti alat secara berkala.

Tak heran jika KB spiral menjadi pilihan banyak wanita. Selain itu, beberapa keunggulan lainnya dari kontrasepsi IUD, di antaranya[4]:

  • Minim risiko pada ibu yang sedang menyusui. Sebab, alat kontrasepsi ini tidak memberikan efek samping atau memiliki kandungan yang dapat menyerap ke dalam ASI maupun memengaruhi produksi ASI pada ibu menyusui. 
  • Langsung bisa hamil setelah dilepas. Mums tidak lagi harus menunggu selama beberapa waktu alias bisa langsung mendapatkan kehamilan kembali setelah IUD dilepas. 
  • Tidak memengaruhi berat badan. Tidak perlu khawatir berat badan akan melonjak, karena IUD juga tidak memiliki pengaruh terhadap kenaikan berat badan. 
  • Pilihan tepat untuk wanita yang tidak dapat menggunakan KB hormonal. Sebab, IUD hadir dalam dua pilihan, salah satunya adalah IUD non-hormonal. 
  • Minim efek samping terhadap wanita yang sedang menjalani pengobatan. IUD juga tidak menunjukkan adanya efek samping saat digunakan oleh wanita yang sedang menjalani pengobatan tertentu. 
  • Tidak berpengaruh pada suasana hati dan gairah seksual. Selain tidak memiliki pengaruh terhadap berat badan, IUD juga tidak memengaruhi gairah seksual dan suasana hati.   

Risiko yang Mungkin Terjadi Setelah Memakai Kontrasepsi IUD

Meski menawarkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan, terdapat beberapa risiko penggunaan kontrasepsi IUD yang perlu Mums ketahui, yaitu[2]:

  • Haid yang tidak teratur. Salah satu efek samping IUD jenis hormonal yang umum terjadi adalah haid yang lebih singkat. Bukan tidak mungkin, jenis IUD ini dapat membuat Mums tidak mengalami menstruasi lagi. Sementara itu, IUD jenis non-hormonal dapat menyebabkan haid menjadi lebih berat, bahkan mungkin juga terjadi perdarahan di luar siklus haid. 
  • IUD berpindah tempat. Risiko ini lebih mungkin terjadi jika Mums belum pernah melahirkan. Posisi spiral yang bergeser bisa terjadi karena rahim mengalami kontraksi yang cukup kuat saat haid, ada rongga kecil pada rahim, atau posisi rahim yang miring ke arah tulang belakang. 
  • Kram dan nyeri perut. Mums mungkin akan merasakan nyeri dan kram pada perut selama dan setelah memasang IUD. Meski begitu, intensitas efek samping ini akan berkurang dan hilang antara 3-6 bulan setelah pemasangan. 
  • Pusing. Risiko ini lebih sering terjadi pada wanita yang memakai KB IUD jenis hormonal. Ahli menduga hal ini disebabkan karena progestin yang ada pada IUD yang berpengaruh terhadap zat kimia pada otak yang berujung pada sakit kepala. 

Jika Mums sedang mencari opsi alat kontrasepsi alternatif, pil KB kombinasi 21/7 atau 24/4 dapat menjadi pilihan yang baik. Pil KB kombinasi 21/7 mengandung drospirenon, memiliki sifat anti-mineralokortikoid untuk menjaga kestabilan berat badan dan sifat anti-androgenik untuk mengatasi jerawat ringan hingga sedang.

Sementara itu, pil KB 24/4 bekerja aktif dalam mengatasi berbagai gejala yang berkaitan dengan Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), seperti depresi, lesu, perubahan mood, nyeri payudara, gangguan tidur, dan perut kembung serta kram. Yuk, Ber-KB Bebas Jerawat dan Berat Badan Tetap Stabil dengan pil KB kombinasi modern! 

Bagikan

Referensi:

  1. Mengenal IUD, KB Spiral yang Banyak Digunakan Para Wanita [Internet]. Dapat diakses di https://hellosehat.com/seks/kontrasepsi/kb-iud/. Terakhir diakses Januari 2024.

  2. 8 Efek Samping KB IUD dan Cara Mengatasinya [Internet]. Dapat diakses di https://www.alodokter.com/8-efek-samping-kb-iud-dan-cara-mengatasinya. Terakhir diakses Januari 2024.

  3. Intrauterine Contraception [Internet]. Dapat diakses di https://journals.sagepub.com/doi/10.2217/whe.15.77. Terakhir diakses Januari 2024.

  4. Sebelum Pasang, Kenali Dulu Apa Saja Plus Minus KB IUD [Internet]. Dapat diakses di https://www.halodoc.com/artikel/sebelum-pasang-kenali-dulu-apa-saja-plus-minus-kb-iud. Terakhir diakses Januari 2024.   

PP-YSM-ID-0377-1