Alt tag

Kontrasepsi pada Saat Perimenopause, Apa Saja yang Harus Dilakukan?

 

 

Kehamilan pada wanita dalam kelompok usia yang tak lagi muda masih sangat mungkin terjadi. Oleh sebab itu, penggunaan kondom pada pria maupun alat kontrasepsi wanita seperti pil KB, IUD, spiral, dan lain sebagainya masih sangat diperlukan.

Adapun kelompok yang dimaksud merujuk pada kelompok wanita yang mengalami perimenopause. Perimenopause adalah periode saat tubuh wanita mulai melakukan transisi ke kondisi menopause secara alami. Masa-masa ini pun menandakan akhir dari masa-masa reproduksi seorang wanita. Adapun masa dimulainya perimenopause tiap wanita berbeda-beda.

Kapan Perimenopause Dimulai?

Premenopause mulai sejak sepuluh hingga lima tahun sebelum memasuki menopause—umumnya perimenopause dialami begitu memasuki usia 40 tahun. Periode ini dapat diperhatikan melalui tanda-tanda seperti:

  • Menstruasi tidak normal

Ovulasi menjadi lebih sulit diprediksi—lamanya waktu antara satu siklus menstruasi dengan siklus berikutnya boleh jadi lebih panjang atau pendek, termasuk tidak menstruasi selama beberapa waktu. 

  • Masalah pada vagina dan kantung kemih

Saat kadar estrogen berkurang, jaringan vagina sangat mungkin mengalami kekurangan lubrikasi dan elastisitas yang berdampak pada rasa sakit dan tidak nyaman saat berhubungan seks. Di samping itu, kadar estrogen yang rendah juga membuatmu lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih dan vagina.

  • Hot flashes

Hot flashes adalah sensasi panas atau gerah yang muncul secara tiba-tiba terutama pada tubuh bagian atas seperti leher, wajah, dan dada. Kondisi ini pun biasanya membuat tidur jadi lebih sulit.

Selain tiga hal di atas, beberapa tanda lain yang biasanya dialami wanita perimenopause adalah perubahan mood, penurunan kesuburan, dan perubahan pada fungsi dan gairah seksual.[1]

Kehamilan pada Perimenopause

Meski terjadi penurunan fertilitas, bukan berarti wanita yang telah memasuki masa perimenopause sudah tidak lagi dapat mengalami kehamilan. Selama wanita masih mengalami menstruasi, kendati siklusnya tidak teratur, maka masih ada peluang terjadinya kehamilan.

Di sisi lain, angka tidak diinginkannya kehamilan pada kelompok perimenopause lebih tinggi. Risiko dilakukannya aborsi spontan pada kelompok ini mencapai 26% dan tingkat kematian kehamilan 4 kali lebih besar.[2]

Oleh sebab itu, penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsi wanita masih disarankan—pun beberapa jenis kontrasepsi pendukung lainnya. 

Kontrasepsi pada Masa Perimenopause

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kehamilan saat wanita memasuki masa perimenopause. 

Kontrasepsi Hormonal Kombinasi

Kontrasepsi hormonal kombinasi (Combined Hormonal Contraceptives, CHCs) memiliki efektivitas yang cukup tinggi untuk mencegah kehamilan. Namun, kontrasepsi jenis ini harus dikonsumsi secara rutin untuk mencapai efektivitas tersebut.

Alat kontrasepsi wanita yang tersedia untuk jenis ini antara lain pil KB yang harus diminum setiap hari, transdermal patch per minggu, vaginal ring (setiap tiga minggu), dan suntikan hormon setiap bulan.[3] Cara-cara ini lazimnya menggunakan kombinasi hormon estrogen dan progesteron. 

Beberapa benefit lain yang ditawarkan jenis kontrasepsi ini adalah sebagai berikut.

  • Memperlancar siklus haid
  • Mengurangi dismenore dan nyeri pada area panggul (keluhan utama saat PMS).
  • Mengurangi gejala vasomotor (peradangan pada hidung) yang terjadi lebih dari 60% wanita pada masa perimenopause
  •  Melindungi tubuh dari risiko pengeroposan tulang dengan cara mencegah terjadinya demineralisasi dan meningkatkan kepadatan mineral tulang.
  • Meminimalkan risiko kanker usus besar, endometrium, dan ovarium.

Kontrasepsi Oral Kombinasi

Jenis kontrasepsi ini secara spesifik mengacu pada pil KB yang hingga kini masih menjadi alat kontrasepsi wanita dengan efektivitas yang sangat tinggi.[3] Kontrasepsi oral kombinasi (Combined Oral Contraceptives, COCs) tersedia dalam beberapa pilihan, yakni:

  • Regiman Siklik, terdiri dari 21 pil aktif dan 7 pil tidak aktif
  • Regimen dengan interval bebas hormon yang pendek, terdiri dari 24 hingga 26 pil aktif dan 2 sampai 4 pil tidak aktif

Adapun maksud dari ketentuan tersebut adalah lamanya waktu saat kamu mengonsumsi pil dan waktu “beristirahat”. Misal pada Regimen Siklik, berarti kamu harus mengonsumsi pil selama 21 hari berturut-turut, baru kemudian “jeda” tidak mengonsumsi selama 7 hari. Jika kamu mengonsumsinya tidak teratur, maka efektivitas pil akan berkurang.

Kerap kali orang berpikir bahwa wanita dalam masa menjelang menopause sudah sulit untuk mengalami kehamilan sehingga seks dilakukan tanpa pengaman. Asumsi ini sangat berbahaya dan salah karena faktanya angka kehamilan tidak direncanakan dan aborsi karena hal ini masih cukup tinggi.

Maka dari itu, selagi belum memasuki usia menopause, jangan abaikan penggunaan alat kontrasepsi wanita maupun pria pasanganmu. Jika ingin menggunakan pil KB, jenis pil kombinasi dengan dosis estrogen yang rendah bisa jadi pilihan utama karena dapat mengurangi efek samping akibat dosis tinggi estrogen seperti mual, muntah, sakit kepala, dan payudara tegang.

Adapun yang perlu diingat, kecuali kondom, kontrasepsi lainnya hanya efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan, tetapi tidak dapat mencegah terjadinya penularan penyakit menular seksual

 

Baca juga: 6 Tips Penting dalam Memilih Alat Kontrasepsi

Bagikan

Referensi:

  1. Perimenopause. [Internet]. Dapat diakses melalui https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/perimenopause/symptoms-causes/syc-20354666. Terakhir diakses Oktober 2022.
  2. Contraception in the perimenopause. [Internet]. Dapat diakses melalui https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2059771/. Terakhir diakses Oktober 2022.
  3. Contraception During Perimenopause: Practical Guidance. [Internet]. Dapat diakses melalui https://www.dovepress.com/contraception-during-perimenopause-practical-guidance-peer-reviewed-fulltext-article-IJWH. Terakhir diakses Oktober 2022.

PP-YSM-ID-0219-1