Pentingnya Memberikan Edukasi Reproduksi Sejak Dini
Selain pernikahan di usia dini, kehamilan tidak direncanakan pun masih menjadi kendala serius di berbagai negara. Berbeda dengan negara barat yang memiliki berbagai fasilitas serta kesadaran reproduksi cukup tinggi, negara berkembang seperti Indonesia tak jarang menganggap edukasi kesehatan reproduksi sebagai hal yang tabu.
Hal ini bukan tanpa alasan, dilansir dari laporan Bank Dunia pada 2018, diketahui bahwa 65 persen kehamilan tak direncanakan lebih banyak berasal dari negara-negara berkembang. [1]
Senada, laman Grid Health turut menyebut, diperkirakan 214 juta perempuan di dunia tidak ingin hamil namun tidak menggunakan kontrasepsi. Begitu juga dengan negara berkembang, setidaknya terdapat 155 juta perempuan yang tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun.[1]
Faktor penyebabnya pun beragam, mulai dari kurangnya informasi mengenai edukasi seksual, akses terbatas untuk menggunakan kontrasepsi, ketakutan akan efek samping serta penolakan dari budaya dan agama terhadap kontrasepsi.
Padahal, kehamilan tidak direncanakan bisa menjadi beban berat bagi perempuan yang mengalaminya. Bukan hanya berdampak pada keluarga, karir maupun pendidikan pun bisa terhenti tiba-tiba. Ketiga faktor ini juga dapat memicu terjadinya stres hingga depresi pada perempuan.
Untuk mencegah hal tersebut, diperlukan kesadaran akan pentingnya pengenalan dan pengetahuan reproduksi sejak dini. Terutama bagi para perempuan remaja dengan pendampingan guru dan orangtua.
Dampingi di usia yang tepat
Menurut laman The Conversation, pengaruh internet, sosial media, hingga smartphone membuat anak-anak menjadi lebih cepat dewasa di bandingkan anak-anak pada generasi sebelumnya.Berdasarkan penelitian, semakin banyak anak perempuan berusia 7 -8 tahun yang mulai berkembang secara seksual.[2]
Kondisi ini justru berbeda pada tahun 1960-an, hanya 1 persen perempuan yang memasuki pubertas di usia 9 tahun. Sedangkan saat ini, hampir 40 persen anak perempuan mengalami menstruasi di usia serupa.[2]
Situasi inilah yang membuat pendidikan reproduksi harus cepat dilakukan. Orangtua dapat melakukan pengenalan reproduksi umum ketika anak perempuan menginjak usia tujuh tahun.[2]
Mengajari anak perempuan juga perlu dilakukan lebih awal sebelum anak laki-laki, guna menekan angka pelecehan seksual sekaligus mengenalkan norma dan batasan tertentu yang penting untuk disadari sejak dini.
Meski begitu, pemberian edukasi juga harus tetap disesuaikan porsi dan batasannya. Pada anak usia sekolah dasar, orangtua maupun guru dapat memberikan edukasi seputar area intim dan fase menstruasi.
Sedangkan, pada usia sekolah menengah, keduanya dapat memberikan pengetahuan tentang bahaya seks bebas dan penggunaan kontrasepsi sebagai pencegahan, didukung dengan edukasi moral dan agama sebagai tambahan.
Perlukah mengenalkan kontrasepsi?
Meski pengenalan reproduksi akan terasa canggung di awal, pendekatan secara persuasif tetap perlu dilakukan. Salah satunya ketika membahas tentang kontrasepsi, mengingat kontrasepsi merupakan salah satu gerbang utama pencegah kehamilan tidak direncanakan.
Dikutip dari laman Parents, dokter kandungan sekaligus pembawa acara The Doctors Nita Landry M.D menyebut, orangtua dapat memulainya dengan obrolan ringan, lalu buatlah situasi yang nyaman hingga anak tergerak untuk mengajukan pertanyaan seputar reproduksi.[3]
Selain itu, orangtua juga dapat menyampaikan bahwa mereka terbuka terhadap berbagai pertanyaan, sehingga anak tak malu atau segan ketika berada di situasi tertentu yang menyangkut kesehatan reproduksi.
Orangtua juga harus tetap tenang bila anak mulai menanyakan prosedur penggunaan atau manfaat dari kontrasepsi. Pastikan tidak bersikap defensif maupun merespon berlebihan saat anak mengajukan pertanyaan tersebut.
Ada baiknya orangtua juga mengingatkan anak untuk tidak menggunakan kontrasepsi sebelum menikah dan penggunaannya hanya bisa dilakukan untuk keperluan medis tertentu. Contohnya penggunaan pil KB untuk melancarkan siklus haid dan mengobati permasalahan hormon, yang tentunya harus melalui konsultasi dokter terlebih dahulu.
Meski begitu, ada baiknya orangtua maupun guru untuk tidak memaksakan pembicaraan jika anak terlihat tidak nyaman dengan pembicaraan ini. Lakukan komunikasi secara bertahap agar pesan tentang penggunaan kontrasepsi dapat tersampaikan dengan baik.
Untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai edukasi kontrasepsi dan kesehatan reproduksi perempuan, Anda dapat mengunjungi laman Bicara Kontrasepsi atau media sosial Bicara Kontrasepsi di Instagram @bicarakontrasepsi.id dan Facebook Bicara Kontrasepsi. (*)
Bagikan
Sumber:
- World Contraception Day, Pencegahan Kehamilan Tidak Direncanakan dengan Pengenalan Pada Kontrasepsi yang Tepat. [Internet]. September 2020. https://health.grid.id/read/352355060/world-contraception-day-pencegahan-kehamilan-tidak-direncanakan-dengan-pengenalan-pada-kontrasepsi-yang-tepat?page=all . Terakhir diakses Juli 2021.
- Puberty is starting earlier for many children – sex education must catch up with this new reality. [Internet]. January 2018. https://theconversation.com/puberty-is-starting-earlier-for-many-children-sex-education-must-catch-up-with-this-new-reality-89608 . Terakhir diakses Juli 2021
- How to Talk to Your Teen About Birth Control. [Internet]. September 2019. https://www.parents.com/kids/responsibility/talking-to/how-to-talk-to-your-teen-about-birth-control/ . Terakhir diakses Juli 2021.