Sudah Tahu Apa Saja Keuntungan dan Risiko Kontrasepsi Non-hormonal? Simak Penjelasannya
Ada banyak keuntungan dan risiko kontrasepsi non-hormonal yang harus mums ketahui sebelum memilih salah satu metodenya. Metode ini cukup populer karena bisa mengurangi risiko kehamilan dengan efek samping minimum.
Seperti namanya, kontrasepsi non-hormonal adalah metode kontrasepsi yang tidak menggunakan hormon dalam mencegah kehamilan. Cara ini kebanyakan menggunakan metode barrier atau menghalangi sperma supaya tidak bisa membuahi sel telur.
Contoh Metode Kontrasepsi Non-hormonal
pexels.com
- Kondom
Kondom menjadi salah satu metode kontrasepsi non-hormonal yang paling banyak digunakan untuk mencegah kehamilan. Apabila digunakan dengan benar, efektivitas kondom dalam mencegah kehamilan bisa mencapai 98%. [1]
- Metode kalender
Metode kalender atau juga dikenal dengan KB alami menjadi pilihan metode kontrasepsi non-hormonal yang mudah dan murah. Cara kerjanya adalah dengan mengamati dan mencatat siklus menstruasi bulanan untuk mengetahui kapan masa subur tiba.
- Senggama terputus
Salah satu metode kontrasepsi nonhormonal yang sederhana adalah senggama terputus. Meskipun mudah digunakan untuk mencegah kehamilan, namun diperlukan kemampuan untuk mengetahui waktu yang tepat agar sperma tidak keluar di dalam.
- Cervical cap
Cervical cap adalah metode kontrasepsi non-hormonal barrier atau penghalang. Cara kerjanya sederhana, yaitu dengan memasukkan cap kecil dari silikon ke dalam leher rahim untuk mencegah sperma lewat.
- IUD tembaga
Berbeda dengan IUD hormonal, IUD tembaga tidak mengandung hormon dalam mencegah kehamilan. IUD tembaga adalah alat kecil berbentuk T yang dilapisi tembaga dan dimasukkan ke dalam rahim. Tembaga inilah yang kemudian melepaskan ion-ion atau partikel untuk membunuh sperma supaya tidak bisa membuahi sel telur.
Keuntungan Metode Kontrasepsi Non-hormonal
pexels.com
Meski sama-sama berfungsi untuk mencegah kehamilan, namun ada perbedaan antara keuntungan dan risiko kontrasepsi non-hormonal dengan kontrasepsi hormonal.
- Mudah digunakan
Metode kontrasepsi non-hormonal cenderung lebih mudah digunakan, terutama yang tidak menggunakan alat. Metode seperti senggama terputus, KB kalender, atau mengecek lendir serviks bisa digunakan secara mandiri tanpa perlu bantuan dokter.
Tetapi jika mums memilih metode seperti IUD tembaga, tentu memerlukan bantuan bidan atau dokter. Namun demikian, metode tersebut juga tidak memerlukan perawatan khusus yang sulit karena bisa digunakan hingga jangka panjang.
Selain itu, metode kontrasepsi non-hormonal juga bisa langsung dirasakan manfaatnya. Hal ini tentu berbeda dengan kontrasepsi hormonal yang menunggu sampai hormon dalam tubuh terpengaruh untuk mencegah kehamilan.
- Tidak memengaruhi kesuburan dalam jangka panjang
Kontrasepsi hormonal memiliki keuntungan untuk mencegah kehamilan tanpa memengaruhi tingkat kesuburan. Hal ini karena metode kontrasepsi non-hormonal sama sekali tidak menggunakan hormon sintetis yang bisa memberi dampak pada hormon dalam tubuh.
Misalnya saja, Mums memutuskan untuk tidak menggunakan kondom atau cervical cap saat berhubungan dengan tujuan supaya hamil. Maka, efeknya bisa langsung dirasakan atau paling tidak bisa lebih cepat. Berbeda dengan kontrasepsi hormonal yang memerlukan waktu bagi tubuh untuk ‘menetralkan’ hormon di dalamnya.
- Lebih fleksibel
Keuntungan selanjutnya dari kontrasepsi non-hormonal adalah lebih fleksibel dalam penggunaannya. Mums tidak perlu menggunakannya setiap hari seperti minum pil KB, atau bisa berhenti menggunakannya kapan saja.
Alat seperti cervical cap juga sangat mudah digunakan dan tidak memerlukan bantuan bidan atau dokter. Mums bisa menggunakannya hanya saat ingin berhubungan seksual tanpa memengaruhi kesehatan hormonal dari dalam.
- Aman bagi ibu menyusui
Menyusui memang bisa menjadi kontrasepsi alami bagi para ibu setelah melahirkan. Namun, tidak menutup kemungkinan ibu menyusui bisa hamil selama proses tersebut berlangsung dengan persentase antara 1%-6%. [2]
Untuk mencegah kehamilan, kontrasepsi non-hormonal menjadi alternatif lebih aman bagi ibu menyusui. Hal ini untuk mencegah terserapnya hormon aktif ke dalam ASI yang dikonsumsi oleh bayi.
- Mencegah risiko penyakit menular seksual
Dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal, metode kontrasepsi non-hormonal seperti kondom memiliki keunggulan dalam mencegah penyakit menular seksual. Jika digunakan dengan benar dan konsisten, kondom mampu mencegah penyakit menular seksual seperti klamidia dan kencing nanah dengan efektivitas sampai 98%. [3]
Risiko Metode Kontrasepsi Non-hormonal
Selain keuntungan di atas, kontrasepsi non-hormonal juga memiliki risiko dan efek samping yang perlu diperhatikan.
- Iritasi atau alergi
Risiko pertama dari penggunaan kontrasepsi non-hormonal adalah munculnya iritasi atau reaksi alergi. Efek samping ini paling sering muncul terutama dari alat yang dimasukkan ke dalam leher rahim seperti cervical cap atau IUD tembaga. Risiko lain adalah timbulnya rasa gatal atau tidak nyaman saat berhubungan seksual.
Selain itu, bagi yang memiliki kulit sensitif, penggunaan lateks pada kondom atau Sudah direvisi juga bisa memicu reaksi alergi. Sebaiknya mums segera hentikan pemakaian dan kunjungi dokter jika ada efek samping yang muncul. [4]
- Efektivitasnya lebih rendah
Jika Mums ingin mengendalikan kehamilan, pertimbangkan risiko kontrasepsi non-hormonal. Meskipun masih dianggap cukup efektif dalam mencegah kehamilan, metode ini memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah. Sebagai perbandingan, kontrasepsi hormonal dapat mencapai tingkat efektivitas hingga 99%, sedangkan kontrasepsi non-hormonal hanya memiliki tingkat efektivitas sekitar 70% sampai 88%. [5]
- Meningkatkan risiko ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Pengguna kontrasepsi non-hormonal perlu waspada terhadap risiko kesehatan ini. Alat kontrasepsi seperti diafragma, cervical cap, dan spermisida diketahui dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kencing pada penggunanya. Hal ini disebabkan karena alat-alat tersebut bersentuhan langsung dengan bagian dalam vagina. Jika tidak dibersihkan dengan benar atau disimpan dengan cara yang tidak tepat, alat kontrasepsi dapat membawa bakteri ke dalam saluran kemih. Bahkan, kondisi ini dapat menyebabkan infeksi pada uretra, kandung kemih, ureter, atau ginjal. [6]
- Memerlukan konsistensi dalam pemakaian
Sebagian besar metode kontrasepsi non-hormonal adalah metode manual. Artinya, penggunaannya pun harus mandiri dan memerlukan konsistensi. Seperti kondom dan cervical cap atau gel vagina yang harus digunakan setiap kali akan melakukan hubungan seksual. Jika terlewatkan, risiko ‘kebobolan’ pun semakin besar.
Nah, itulah beberapa keuntungan dan risiko kontrasepsi non-hormonal yang harus Mums ketahui. Pastikan untuk menimbang dampak positif dan negatifnya sebelum memutuskan untuk memilih mana kontrasepsi yang akan digunakan.
Bagikan
Referensi:
- Condoms Your Contraception Guide. [Internet]. Dapat diakses di https://www.nhs.uk/conditions/contraception/male-condoms/#:~:text=When%20used%20correctly%20every%20time,male%20condoms%20are%2098%25%20effective. Terakhir diakses 10 Desember 2023.
- Getting Pregnant while Breastfeeding. [Internet]. Dapat diakses di https://www.shecares.com/pregnancy/getting-pregnant-while-breastfeeding. Terakhir diakses 10 Desember 2023.
- Apakah Kondom Ampuh Cegah Penyakit Menular Seksual?. [Internet]. Dapat diakses di https://www.halodoc.com/artikel/apakah-kondom-ampuh-cegah-penyakit-menular-seksual. Terakhir diakses 10 Desember 2023.
- Non-hormonal Birth Control Methods. [Internet]. Dapat diakses di https://www.drugs.com/article/non-hormonal-birth-control.html#:~:text=Serious%20side%20effects%20are%20rare%20with%20the%20non-hormonal,syndrome%20may%20rarely%20occur%20with%20the%20contraceptive%20sponge. Terakhir diakses 10 Desember 2023.
- Hormonal vs Non-Hormonal Contraceptives: A Comprehensive Guide. [Internet]. Dapat diakses di https://birthcontrolpillreminder.com/womens-health/hormonal-vs-non-hormonal-contraceptives-a-comprehensive-guide/. Terakhir diakses 10 Desember 2023.
- Can Your Birth Control Increase Your Risk of a UTI? [Internet]. Dapat diakses di https://www.healthline.com/health/can-birth-control-cause-uti. Terakhir diakses 10 Desember 2023.
PP-YSM-ID-0354-1